Mencari Inspirasi di Gunung Karang

Posted: Tuesday, May 25, 2010 by Boscho O.. La.. La.. in Label:
0

Suatu hari, sepuluh siswa-siswi kelas XII yang tidak mempunyai pekerjaan memutuskan untuk pergi mendaki gunung Karang dengan tujuan mencari inspirasi *halah, gaya! Dengan semangat '45 mereka pergi ke Gunung Karang di hari Senin, 24 Mei 2010. Inilah kisah petualangan mereka. Check this out!

Perjuangan dan pengorbanan itu..

Pagi-pagi buta, dengan kondisi setengah sadar *karena tidur jam satu malam, harus sudah mandi dan bersiap untuk melakukan perjalanan ke Gunung Karang. Sambil menanti mobil jemputan yang akan mengantarkan kami ke tempat awal pendakian, sarapan dulu dengan nasi goreng ujug ujug (bikinnya cepet-cepet.red)

Di awal-awal pendakian tidak ada hambatan yang berarti bagi kami. Halangan dan rintangan dapat dilalui dengan baik. Namun, lama kelamaan kami mulai lelah. Kami beristirahat di beberapa tempat sambil berfoto bersama untuk dokumentasi, sebagai bukti bahwa kami pernah mendaki Gunung Karang. *masa 3 tahun hidup di boscho gak pernah ngedaki gunung yang ngejogrok berdiri di belakang sekolah

Di tengah perjalanan kami mulai mendapat kesulitan. Salah satu teman kami ada yang kelelahan sehingga kesulitan untuk mendaki jalan yang sudah mulai curam. Untunglah teman-teman yang lain peduli, jadi kesulitan yang ada dapat teratasi. Kami saling bahu membahu dan tolong-menolong selama pendakian.

Di tempat yang agak terbuka kami kembali beristirahat. Kami melihat pemandangan yang sangat menakjubkan. Kalimat tasbih tak pernah berhenti terucap dari mulut kami. Semua kagum dengan ciptaan Allah SWT. Kami merenung tentang apa yang akan kami lakukan kelak. Mencari-cari inspirasi untuk kehidupan kami di masa yang akan datang. Setelah itu kami kembali melanjutkan perjalanan.

Jalan yang dilalui kini sudah benar-benar curam. Kemiringan tanah mencapai 90 derajat. Butuh perjuangan, ketelitian dan kesabaran untuk menaklukkan medan ini. Lengah sedikit saja, nyawa kami yang akan menjadi taruhannya. Satu sama lain dari kami saling menjaga dan mengingatkan. Ekspresi kelelahan pun menghiasi wajah kami. Di sela-sela perjalanan, kami berfoto bersama sebagai suntikan semangat. Meskipun lelah, kami tetap memasang wajah narsis untuk diabadikan.

Waktu terus bergulir, 4 jam berlalu. Akhirnya kami tiba dit empat tujuan, yaitu Sumur Tujuh. Kerja sama tim yang baik menyebabkan kami tiba lebih cepat dari biasanya. Wajah-wajah lelah digantikan dengan wajah penuh kepuasan dan keceriaan. Kami pun beristirahat menghilangkan semua penat. Beberapa dari kami menyatakan rasa ketidakpercayaannya karena telah berhasil mendaki Gunung Karang yang menjulang menghiasi Kabupaten Pandeglang.

Di tempat itu kami menghabiskan semua makanan yang kami bawa. Kemudian dilanjutkan dengan shalat dzuhur berjama'ah. Mengucap tasbih kepada Allah SWT, pencipta langit dan bumi beserta segala isinya. Pencipta segala keindahan Gunung Karang yang telah kami saksikan. Pencipta akar-akar yang kuat sebagai pijakan kami selama pendakian.

Pukul 13.07, kami memulai perjalanan untuk kembali ke sekolah. Kami tak ingin kemalaman di Gunung Karang karena perjalanan yang dilalui sangat beresiko. Ketika perjalanan pulang itulah kami menyadari betapa tingginya Gunung Karang dan betapa dalamnya jurang yang terbentang di hadapan kami. Jika perjalanan saat mendaki terasa sulit, ternyata perjalanan menurun lebih sulit lagi. Kami harus ekstra hati-hati karena jalanan yang kami lalui sangat terjal dan licin, tak heran jika beberapa orang diantara kami berkali-kali terjatuh.

Di Gunung Karang kami semua membutuhkan kekompakan dan pengorbanan. Sulitnya perjalanan membuat kami menghilangkan semua keegoisan yang kami punya. Keangkuhan yang kami punya pun turut sirna. Semua itu keluar dari dalam diri kami seperti keringat yang keluar dan jatuh meninggalkan badan.

Tiga jam kemudian kami tiba di tempat awal kami mendaki. Puas, lelah, dan kagum bercampur menjadi satu. Kami tatap gunung Karang yang mulai tertutup kabut dengan rasa berdesir dalam hati. Gunung itu memberikan banyak pelajaran berharga bagi kami.

Hikmah dari semua itu…

Setelah pendakian, kami tidak pernah kecewa atas kegagalan mendapatkan inspirasi *sebagai tujuan utama mendaki Gunung Karang, karena kami mendapatkan banyak hikmah dari apa yang telah kami lakukan.

Kami sadar bahwa manusia tanpa orang lain adalah nothing. Manusia yang paling baik adalah manusia yang berguna bagi orang lain. Berjuang bersama-sama akan lebih mudah jika dibandingkan dengan berjuang sendirian. Berjuang bersama-sama untuk mencapai kesuksesan bersama.

Pengalaman mendaki Gunung Karang menyadarkan kami akan perjuangan teman-teman kami yang lain dalam mencapai kesuksesan yang mereka inginkan. Misalnya, saat mereka mengikuti perlombaan. Kesulitan-kesulitan yang ada mereka atasi bersama, seperti kami saat berada di Gunung Karang. Segala keterbatasan yang ada pada diri mereka tidak memudarkan semangat mereka untuk terus berjuang dan berusaha. Mereka pernah tidur di masjid ketika mengikuti perlombaan Pesta Sains IPB karena uang yang mereka punya tidak cukup untuk menyewa penginapan. Mereka tidak pernah mengeluhkan keadaan mereka yang serba seadanya. Hal ini dibuktikan dengan kemenangan mereka di beberapa cabang lomba. Keterbatasan mereka tidak menjadi penghalang kesuksesan karena adanya kebersamaan dan keikhlasan.

Perjuangan mereka tidak hanya sampai di situ. Masih banyak pengorbanan yang mereka lakukan. Mereka rela duduk berjam-jam di dalam kereta untuk mengikuti perlombaan di Malang dan Surabaya. Mereka rela tidak belajar di kelas selama berhari-hari karena mengikuti lomba. Semua itu mereka lakukan demi nama baik sekolah kami, SMAN CMBBS. Mereka sama halnya dengan kami, ingin membuat sekolah kami bangga. Menjadi terkenal karena segudang prestasinya. SMAN CMBBS yang telah memberikan pelajaran berharga bagi kami, yang tak akan pernah kami lupakan. Sekolah terbaik yang pernah kami miliki, sekolah kami tercinta...

0 comments:

mangga dikomen ceunah...